17 tempat wisata di banten yang wajib di kunjungi

potretbanten.id
9 min readJun 23, 2023

--

Eksplorasi Mercusuar Anyer Melalui Fam Trip Banten

Memiliki eksotime yang menakjubkan, kawasan Pantai Anyer menjadi salah satu primadona wisata bahari di Banten. Pasalnya, sebagai daerah pesisir pantai, Anyer tidak hanya memiliki wisata alam pantai yang indah melainkan pesona wisata sejarah seperti mercusuar menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan.

Pada kesempatan Workshop Strategi Pemasaran Paket Wisata Banten 7 Wonders yang digelar oleh Kementerian Pariwisata RI tersebut melibatkan para pelaku pariwisata dari berbagai bidang yang menjadi peserta pelatihan diajak untuk mengeksplorasi salah satu bangunan sejarah sekaligus wisata pantai Mercusuar Anyer.

Anyer sendiri merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Menara suar tersebut diyakini sebagai titik nol atau titik awal dari pembangunan jalan Anyer-Panarukan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Daendels. Peserta pun sangat antusias mengenal lebih jauh dari sejarah Mercusuar Anyer yang dibangun pada tahun 1885.

Menurut penuturan salah satu pemandu wisata dari HPI Banten Sumanta Wiria, pada awalnya mercusuar Anyer dibangun pada tahun 1806 dan menjadi proyek jalan Anyer-Panarukan yang dijalankan tahun 1825.

Selain itu sejarah dari bangunan tersebut menjadi saksi saat gunung krakatau meletus pada tahun 1883 sehingga membuat mercusuar hancur dan hanya menyisakan pondasinya saja. Namun pada tahun 1885, di bawah pemerintahan Z.M Willem III mercusuar ini kembali dibangun.

Tempat bersejarah yang kini menjadi objek wisata pantai mercusuar anyer ini banyak dikunjungi wisatawan untuk mengabadikan moment sunset dari atas Mercusuar Anyer. Berbagai macam alasan wisatawan datang membuat tempat wisata mercusuar anyer ini memiliki keunikan tersendiri.

Trip Tunda Island

Menambah Wajah Karangantu

Dalam catatan sejarah, pelabuhan yang kini disebut Karangantu, adalah pelabuhan internasional yang besar dan amat ramai disinggahi para pedagang mancanegara. Di sini merupakan urat nadinya perekonomian Kesultanan Banten. Karena tempat inilah maka Sultan berani mengubah tipe kerajaan yang dulunya pegunungan menjadi pesisir, hingga pusat ibukota berpindah dari Girang ke Hilir. Sebuah keputusan Sultan yang amat berani, namun ternyata berhasil memajukan kesultanan hingga menjadi kerajaan yang besar.

Terbayang bagaimana sibuknya daerah ini saat itu. Perahu-perahu besar berbendera warna-warni lambang negara lain, hilir mudik di sini. Aneka barang jualan berjejer dengan para pegawai dan awak kapal beragam warna kulit, beragam bahasa, agama, suku bangsa, beraktivitas yang sama di pelabuhan yang konon buka 24 jam ini. Interaksi multi kultur antar mereka di sini, tentunya membuat pola pikir masyarakat lokal menjadi maju, terpicu untuk terus bangkit bergerak maju menggapai kehidupan yang lebih baik ke depan. Wajar jika Kesultanan Banten sebagai penguasa pribumi menjadi berkembang karenanya. Walau tentu ada efek dampak negatif akibat kerasnya persaingan dagang dan saling menguasai komonditi perdagangan, di belakang itu.

Kini… Warga menyebutnya sebagai Karangantu. Daerah ini bak kota mati yang hanya meninggalkan cerita kebesarannya.

Namun jangan bersedih dulu, dunia kepariwisataan bisa memanfaatkan kondisi ini menjadi sesuatu yang dapat meningkatkan kesejahteraan warga di sekitarnya, dari hanya menjadi nelayan handal.

Ya. Narasi cerita yang menarik, penataan alam yang seksama hingga menjadi indah, pembuatan paket kunjungan yang menarik, itulah kuncinya.

Masyarakat Kampung Pancer dan Pokdarwis Ki Amuk, telah membuktikannya. Spot selfie berlatar hutan Mangrove dan sunset yang maha indah, membuat wisatawan mulai berdatangan ke Karangantu, untuk sekedar berburu sensasi keindahan.

Jadilah rintisan Kampung Wisata Pancer dengan Pokdarwis Ki Amuknya yang handal, membuat wajah bibir pantai Karangantu bukan saja menjadi hilir mudiknya perahu nelayan, namun mulai dihiasi para pemandu wisata yang membawa para tamunya yang sibuk memainkan kameranya.

Dermaga Ki Musa

Bersandar di Pulau Tunda dari Kampung Timur, kita akan bersandar di Dermaga Ki Musa. Sebutan dermaga itu adalah penghormatan terhadap sosok yang dahulu membuka pertama kali menyandarkan perahunya untuk sekedar mencari kayu bakar. Pulau ini dulu tempat masyarakat mencari kayu bakar. Ki Musa dengan gigih membuat dermaga dengan batu-batu karang yang terhampar di sekitar pantai.
Ki Musa disebut warga sebagai tokoh yang amat berjasa membuka pulau ini hingga bisa disandari perahu-perahu besar di pulau ini.

Kang Nong Banten yang datang ke pulau ini amat menikmati kenyamanan bisa berlabuh ke pulau Tunda ini dengan nyaman, tanpa harus berbasah-basah mata kaki menginjak tanah pulau ini.

Pulau Tunda Menyimpan Sejuta Cerita

Menuju pulau Tunda 2.5 saja dari Pelabuhan Karangantu, melewati beberapa pulau ; P. Lima, P.Tiga, P.Panjang dan lain lain.

Tunda berarti menunda, menurut cerita rakyat, pada masa keemasan Kesilultanan Banten, di sini tempat para pedagang asing menyimpan barang dagangannya sebelum dibawa ke Pelabuhan Banten. Ada banyak warga pernah menemukan berbagai peninggalan yang disinyalir sebagai bekas barang atau wadah dagangan. 2 karung koin, dan karung tutup botol minuman tua, pernah ditemukan warga ketika menggali tanah rumahnya. Namun semua peninggalan itu kembali dikubur warga, agar tidak terjadi hal-hal di luar dugaannya.

Pulau ini berpenduduk sekitar 1000 orang, terbagi dalam 2 RW dan 6 RT dalam lingkup Desa Wargasara Kecamatan Tirtayasa Kab. Serang.

Air pulau ini normal tawar, walau pantai dekat mengelilinya. Menurut cerita karena Syeh Arbi bermunajat dengan membuat Sumur Sijalatunda agar berair tidak payau. Sumur itu kemudian menjadi ikon daya tarik pulau ini. Kadar keasaman air di sini sangat baik, mengandung mineral yang tinggi, demikian menurut para peneliti ITB yang pernah melakukan riset di sini.
Pulau ini juga memiliki cerita adanya Labuan Bajo, di mana para bajak laut bermarkas di sini. Kuali raksasa tempat memasak berkapasitas 100 orang dulu pernah ditemukan di bagian timur, walau hanya pegangannya saja yang muncul ke permukaan. Pegangannya itu bisa dipake buat ayunan 3 orang dewasa.

Mengitari pantai pulau inu, banyak cerita mistik yang ceritakan warga. Beberapa tahun lalu ada warga dikejar sosok seperti prajurit Jepang yang mengangkat pedangnya, karena warga melemparnya dengan batu. Sosok itu menghilang ketika warga itu masuk rumahnya. “Jangan neko-neko di sini” ini hikmah cerita itu.

Penduduk di sini piawai membuat kapal secara tradisional. Kag Didi turun temurun sebagai tukang membuat kapal pesanan dari Jakarta Sumatra dan lainnya. Ia memiliki tempat berjejer bersama para tukang kapal atau motor lainnya di pinggir pantai. Konon ini mewarisi leluhur kesultanan Banten yang dikenal memiliki armada laut yang kuat, dengan kapal buatannya sendiri.

Cerita demi cerita mengalir deras dari Kang Nana pemandu kami bersama Kang Nong Banten dan GenPi Banten ketika mengitari Pulau ini. []

Wisata Religi ke Pulau Cangkir

Apabila Anda pergi ke Kabupaten Tangerang, kemudian mengamati bagian pesisir utaranya, Anda bisa menjumpai sebuah kota yang sangat unik karena bentuknya yang menyerupai cangkir. Pulau yang memiliki luas 4,5 hektar tersebut dinamai sesuai dengan bentuknya, yaitu Pulau Cangkir. Mungkin banyak dari kalian yang bertanya wisata apa yang ada pada pulau sekecil ini, walaupun banyak orang yang mengatakan wisata tetapi sebenarnya hal yang dilakukan lebih mirip dengan ziarah, karena di dalamnya terdapat makam dari salah seorang ulama besar di Banten.

Pulau Cangkir terlatak di Desa Kronjo, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang, berjarak sekitar 25 Km dari kota tangerang atau sekitar 1,5 jam perjalanan. Kawasan pulau Cangkir semula seluas 4,5 Ha.

Dahulunya pulau tersebut merupakan daratan terpisah dari Pulau Jawa sebelum masyarakat membuat jalan penghubung untuk memudahkan para peziarah. Lintasan tanah yang menjadi jalur penghubung utama tersebut dibuat tahun 1995 dan merupakan hasil swadaya penduduk setempat dengan pengurus situs ziarah.

Pulau cangkir menjadi objek wisata ziarah karena di dalamnya terdapat maqom Pangeran Jaga Lautan yang bernama asli Syekh Waliyuddin seorang ulama besar yang berasal dari Banten. Maqom inilah yang menjadikan pulau cangkir sebagai tempat wisata religius yang tidak hanya dikenal oleh masyarakat Banten, bahkan seluruh nusantara.

Di Pulau Cangkir pengunjung tidak hanya dapat berwisata ziarah. Kawasan yang juga kerap disebut dengan nama Pulau Cangkir Kronjo tersebut memiliki panorama hutan mangrove yang tersebar di sepanjang jalur menuju pulau. Pengunjung juga dapat mengamati kehidupan sehari-hari nelayan mulai dari merawat kapal hingga mengolah hasil tangkapan. Ada pula galangan untuk membuat atau memperbaiki kapal para nelayan.[]

Indahnya Wisata Telaga Biru Cigaru di Cisoka Tangerang

Sejauh ini kita mengenal Tangerang sebagai kota penuh pabrik, siapa sangka di Tangerang Banten ada danau indah yang kini dijadikan tempat wisata. Dengan biaya masuk yang cukup murah hanya 10.000/orang, dijamin tidak akan menguras dompet kan.

Sudah 3 Tahun ini Telaga Biru menjadi tempat wisata, sejak dari tahun 2015 hingga sekarang, lebih tepatnya, masih banyak sekali pengunjung yang datang ke Telaga yang berada di Dusun Cigaru, Desa Cisoka, Kecamatan Cisoka, Kabupaten Tangerang.

Selain banyak pengunjung yang hanya sekedar bersantai menikmati alam, Telaga biru ini juga sering sekali di pakai untuk prewedding, eksotis dan uniknya Telaga buatan ini cukup menarik untuk dijadikan background fotografi.

Selain fotografi prewedding, banyak juga komunitas-komunitas fotografer dengan membawa modelnya berkunjung untuk mendapatkan hasil view yang indah di Telaga Biru Cigaru.

Meskipun dikenal dengan sapaan danau biru, namun Telaga Biru Cigaru sebenarnya memiliki tiga telaga dengan warna yang berbeda, yaitu kuning, hijau, dan biru toska. Telaga yang berwarna hijau toska merupakan warna kombinasi kedua telaga.

Sejarah dan sisi lain Telaga Biru

Telaga Biru Cigaru juga terkenal sebagai tempat angker yang ceritanya beredar di kalangan masyarakat sekitar.

Kabarnya, ada selendang ratu bidadari yang jatuh di Telaga Biru Cigaru, dan sosok nene-nene yang banyak sekali tamunya.

Telaga Biru Cigaru terbentuk dari aktivitas manusia, yaitu penggalian pasir dari tahun 2006 sampai 2012. Setelah mencapai kedalaman yang nggak produktif lagi, tempat ini ditinggalkan dan memiliki genangan air.

Pak Acin pemilik danau pertama yg kedalamannya 12 Meter beliau berasal dari kalimantan, dan Pak Jaksa pemilik danau kedua yg bisa di sebut “Baringinjang” yang kedalamannya 9 Meter, Pak tiri selaku pemilik danau ketiga yang kedalaman nya 19 Meter.

“Pernah terjadi kerasukan seorang pengunjung di telaga biru ini karna bicara sembarangan, jika kamu berwisata melihat nya senang yah silahkan di lihat jika tida senang silahkan pulang” kata Pak Andi saat diwawancarai reporter Kicaunews.com, Rabu (13/9/2017) kemarin.

Pertama galian Manual dilakukan pada Tahun 2000, itupun masih memakai cangkul, lalu alat berat turun ke Telaga Cigaru ini, baru 2 tahun berjalan, tahun 2015 adanya mobil beko untuk menggali Kobakan danau Telaga Biru Cigaru.

Yang sangat tau sejarah sebelum terbentuk nya Telaga Biru Cigaru yaitu, Andi dan rekan nya kardi, Ali dan Rusdi selaku pengelola Telaga Biru Cigaru. []

Rafting di Sungai Ciberang, Sensasi yang Memacu Adrenalin

Jika Anda merupakan traveler penyuka tantangan yang memacu adrenalin, mencoba rafting di Sungai Ciberang di Cipanas, Lebak, Banten, adalah pilihan tepat. Sungai Ciberang bisa dibilang salah satu destinasi favorit bagi pecinta olahraga menantang.

Wahana arung jeram atau rafting saat ini tidak lagi sulit ditemui di beberapa sarana rekreasi di kota-kota besar dengan adanya wahana arung jeram buatan. Namun jika anda ingin menikmati sensasi arung jeram sambil menikmati alam sekitar yang masih asli, arung jeram di sungai Ciberang bisa menjadi salah satu pilihan yang tepat.

Sungai Ciberang terletak di kampung Muhara desa Ciladaeun Kecamatan Lebak Gedong kabupaten Lebak Provinsi Banten. Letaknya yang agak sedikit ke pedalaman Banten membuat alam sekitarnya terjaga dan masih asri nan alami.

Untuk sampai ke sana Anda bisa melalui jalur alternatif Jasinga, Bogor dengan jarak tempuh sekira 3 sampai 4 jam. Namun jika Anda menggunakan rute jalan tol Tomang — Merak, keluar di pintu tol Serang Timur. Terus ke arah Pandeglang, lalu ke Rangkasbitung. Jaraknya sekitar 80 kilometer atau membutuhkan waktu 2,5 hingga 3 jam. Kalu dari Tangerang ingin memotong jalan, ambil jalur Tigaraksa, ke kantor Pemkab Tangerang, stasiun Tenjo, terus ke Jasinga.

Ada belasan riam yang terletak di sungai Ciberang dan masing-masing riam memiliki karakteristiknya masing-masing. Selama menyusuri sungai Ciberang anda akan dimanjakan pemandangan hijaunya pepohonan Taman Nasional Gunung Halimun yang masih asri dan alami. Pemandangan alami tersebut menjadi salah satu daya tarik arung jeram di Sungai Ciberang ini. Belum lagi kesempatan menyaksikan beragam aktivitas warga saat melewati kampung demi kampung.

Rafting atau arung jeram di sungai Ciberang ini dikelola oleh Banten Rafting Ciberang (BRC) yang mana operator dan pemandunya adalah orang-orang profesional yang sudah berpengalaman dalam dunia arung jeram atau rafting. Jadi tidak usah ragu dan takut akan keamanannya. Meski begitu anda harus tetap berhati-hati khususnya untuk pemula yang baru pertama kali melakukan arung jeram.

Untuk paket wisata arung jeram, BRC menyediakan paket. Yang tiap paketnya berbeda tingkat kesulitan dan jarak. Mulai dari paket 700 m yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 20 menit hingga paket yang berjarak 25 Km yang dapat ditempuh dalam waktu sekitar 5 jam.

Harga yang ditawarkan pun variatif. Mulai Rp 50.000 hingga Rp 350.000 per orang. Ada pula paket lengkap yang bertarif Rp 205.000 per orang, dimana anda akan berkesempatan mengarungi rute sepanjang 11 Km plus minuman selamat datang, makan siang dan sajian es kelapa muda. Setiap perahu dapat diisi minimal 3 orang dan maksimal 5 orang. Setiap perahu akan didampingi pemandu dari BRC. Masih bingung memilih tempat liburan yang penuh tantangan ke mana?

--

--

potretbanten.id
0 Followers

membangun banten dari berbagi prespektif